Quick Count Pilkada, Fauzi-Prijanto Unggul

Nasional / 9 August 2007

Kalangan Sendiri

Quick Count Pilkada, Fauzi-Prijanto Unggul

Puji Astuti Official Writer
6228

Pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta yang disebut-sebut sebagai barometer demokrasi Indonesia sudah berlangsung. Perhitungan cepat atau Quick Count yang dilaksanakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta di Media Center Hotel Borobudur lantai tiga, hingga kamis (9/8) pukul 00.05 WIB dinihari, perolehan suara pasangan Fauzi Bowo - Prijanto masih unggul atas pasangan Adang Daradjatun - Dani Anwar. Perhitungan sementara yang muncul dilayar menunjukkan Fauzi-Prijanto memperoleh 1.822.127 suara (57,787 persen) sedangkan Adang-Dani memperoleh 1.330.891 suara (42,213 persen).

Perolehan suara yang disajikan lembaga tersebut, belum angka resmi. Akan tetapi quick count telah terbukti memiliki akurasi tinggi dalam berbagai pilkada yang telah dilaksanakan, termasuk pemilihan umum. Atas dasar itu, bolehlah kita mengucapkan selamat kepada Fauzi sebagai gubernur baru DKI. Tentu tidak lupa juga kita haturkan selamat kepada pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar yang telah memperlihatkan kedewasaan dalam berkompetisi.

Kemenangan dalam pilkada tidak berarti memperoleh segala-galanya. Kekalahan tidak sama dengan kehilangan semuanya. Dalam demokrasi, yang kalah justru penting bagi yang menang. Pemenang telah ditentukan rakyat. Tidak perlu mabuk kemenangan dengan hura-hura. Tidak perlu menangisi kekalahan berlarut-larut. Kemenangan adalah kepercayaan yang diberikan rakyat untuk memegang kekuasaan demi kesejahteraan orang banyak, demi kepentingan publik.

Nah, Jakarta adalah lautan persoalan. Dari persoalan berat sampai persoalan ringan. Di kota ini tersimpan masalah supermodern, seperti kesemprawutan yang ditimbulkan supermal sampai superkolot seperti gelandangan dan sampah yang menyumbat tidak saja selokan, tetapi juga sungai.

Inilah kota tanpa watak karena gedung bertingkat serbamodern berdampingan tanpa korelasi dengan gubuk reyot. Inilah kota tanpa selera karena jalur busway diperebutkan antara bus Trans-Jakarta dan sepeda motor serta sedan pribadi. Jakarta adalah contoh paling ekstrem tentang derasnya pembangunan yang tidak berkontribusi banyak bagi keamanan dan kenyamanan.

Sebuah kota tidak akan memiliki watak dan peradaban jika tidak ada disiplin. Nah, Pak Fauzi, kalau Anda benar terpilih menjadi gubernur, kami tidak meminta banyak. Bisakah mengatasi kemacetan dan banjir? Bisakah Anda memperlihatkan keberanian untuk menjadikan Jakarta kota yang aman dan nyaman? Kami, warga kota, menunggu nyali sang pemenang.

Tugas kita sebagai warga DKI Jakarta, juga mereka yang tidak memilih pasangan Fauzi Bowo - Prijanto adalah tetap mengikuti dan memperhatikan kepemimpinan mereka. Konsekuensi dari pilkada ini adalah terciptanya hubungan langsung antara gubernur-wakil gubernur dan masyarakat. Konsekuensi dari pilkada ini adalah milik kita semua. Manapun yang Anda pilih, bahkan ketika Anda tidak memilih, Anda sudah membuat pilihan. Jadi mari buat Jakarta menjadi lebih baik lagi. (VM)

Halaman :
1

Ikuti Kami